Rabu, 04 Mei 2011

emulsi

anigif.gif
EMULSI
• Sistem heterogen dengan dispersi tetesan cairan satu dalam cairan lain dengan ukuran > 0,1μ. Kedua cairan tidak bercampur, tidak berreaksi, akan membentuk sistem yang secara termodinamika tidak stabil
• Bahan yg terdispersi sbg globul/droplet: fase internal, fase terdispers, fase diskontinu
• Fase cair yang lain:fase eksternal, fase kontinu, medium pendispers
  • PENGERTIAN
Menurut FI III : 9
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Menurut RPS 18 th : 298
Emulsi adalah suatu sistem terdispersi yang terdiri dari paling sedikit 2 fase cairan yang tidak saling bercampur. Sebagian besar dari emulsi konvensional dalam farmasi memiliki ukuran partikel terdispersi dalam diameter dari 0,1 sampai 100 mm.
Menurut Lachman : 1029
Emulsi adalah suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamika yang terdiri dari 2 cairan yang tidak saling bercampur.
Menurut Parrot : 354
Emulsi adalah suatu sistem polifase dari 2 campuran yang tidak saling bercampur. Salah satunya tersuspensi dengan bantuan emulgator keseluruh partikel lainnya. Ukuran diameter partikelnya 0.2 – 50 m.
Menurut Physical Pharmacy : 522
Emulsi adalah sistem yang tidak stabil secara termodinamika mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur satu diantaranya terdispersi sebagai globul-globul (fase pendispersi) dalam fase cair lainnya (fase kontinyu) distabilkan dengan adanya bahan pengemulsi/emulgator.
Menurut FI IV : 6
Emulsi adalah sistem dua fase dimana salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan-tetesan kecil.
Menurut Scovilles : 314
Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah sediaan yang mengandung 2 cairan yang tidak bercampur, satu diantaranya terdispersi secara seragam sebagai globul.
Menurut Ansel : 376
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak saling bercampur.
Menurut Ensyclopedia : 138
Umumnya digambarkan sebagai sistem heterogen, terdiri dari dua cairan yang tidak bercampur. Satu diantaranya didispersikan secara seragam sebagai tetesan kecil dalam cairan lain.
Menurut Formularium Nasional : 412
Emulsi adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan dalam sistem dispersi; yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya; umumnya dimantapkan dengan zat pengemulsi.
Menurut DOM Martin : 508
Emulsi adalah sistem heterogen, terdiri dari kurang lebih satu cairan yang tidak tercampurkan yang terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan-tetesan di mana diameternya kira-kira 0,1 mm atau dapat diartikan sebagai dua fase yang terdiri dari satu cairan yang terdispersi dalam cairan lainnya yang tidak tercampurkan.
Kesimpulan :
Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika, yang terdiri dari paling sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur, dimana salah satunya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan–tetesan kecil, yang berukuran 0,1-100 mm, yang distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang cocok.
Emulsi berasal dari kata emulgeo yang ertinya menyerupai milk, warna emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam bij tersebut.
Pada pertengahana abad XVIII, ahli farmasi perancis memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab, tragacanth dan kuning telur. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi buatan. 
  • Komponen Emulsi
                                        Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
 Komponen Dasar
  Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi, biasanya terdiri dari :
1. Fase dispers / fase internal / fase diskontinyu
                         Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.
2. Fase kontinyu / fase eksternal / fase luar
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
3. Emulgator
                             Adalah bagian  Berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
- Komponen Tambahan
Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis,odoris, colouris, preservatif (pengawet), antoksidant.
Preservatif yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetat, dll.
Antioksidant yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocoperol, asam sitrat, propil gallat dan asam gallat.
  • Tipe Emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air fase eksternal.
2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minak).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal.
  • Tujuan Pemakaian Emulsi
Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.
Tujuan pemakaian emulsi adalah :
   1. Dipergunakan sebagai obat dalam / peroal. Umumnya emulsi tipe O/W.
2. Dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O tergantung banyak faktor misalnya sifat zat atau jenis efek terapi yang dikehendaki.
  •   Teori Terjadinya Emulsi
Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori, yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda. Teoi tersebut ialah :
1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)
Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut dengan daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan daya adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan.
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur. Tegangan yang terjadi antara dua cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas.
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa-senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu antara lain sabun.
Didalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan menurunkan dan menghilangkan tegangan permukaan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur.
2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok yakni :
  •  Kelompok hidrofilik, yakni bagian dari emulgator yang suka pada air.
  •  Kelompok lipofilik, yakni bagian yang suka pada minyak.
3. Teori Interparsial Film
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase dispers.
Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase dispers menjadi stabil.
Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai adalah :
*Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak.
*Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers.
*Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua permukaan partikel dengan segera.
4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik ganda)
Jika minyak terdispersi kedalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan bermuatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh dua benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang akan menggandakan penggabungan menjadi satu molekul besar. Karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian antara sesama partikel akan tolak menolak dan stabilitas emulsi akan bertambah. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara dibawah ini.
  1.  Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel.
  2.  Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.
  3.  Terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya.    
  • PROSES TERJADINYA EMULSI

  • Bahan Pengemulsi (Emulgator)
  1.  Emulgator alam
Yaitu Emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga golongan :
  •  Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan
a. Gom arab
Sangat baik untuk emulgator tipe O/W dan untuk obat minum. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu :
- Kerja gom sebagai koloid pelindung
- Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi).
- Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat.
- Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri.
- Minyak lemak : PGA ½ kali berat minyak.
- Minyak lemak + minyak atsiri + Zat padat larut dalam minyak lemak.
- Bahan obat cair BJ tinggi seperti cloroform dan bromoform.
- Balsam-balsam.
- Oleum lecoris aseli
b. Tragacanth
c. Agar-agar
d. Chondrus
e. Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, CMC 1-2 %.
  •  Emulgator alam dari hewan
a. Kuning telur
b. Adeps lanae
  • Emulgator alam dari tanah mineral
a. Veegum / Magnesium Aluminium Silikat
b. Bentonit
2. Emulgator buatan
1. Sabun
2. Tween 20; 40; 60; 80
3. Span 20; 40; 80
G. Cara Pembuatan Emulsi
Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi yaitu :
  1. Metode gom kering atau metode continental
  2. Metode gom basah atau metode inggris
  3. Metode botol atau metode botol forbes
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi, untuk pembuatan emulsi yang baik.
  1. Mortar dan stamper
  2. Botol
  3. Mixer, blender
  4. Homogenizer
  5. Colloid mill
  •  Cara Membedakan Tipe Emulsi
Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu :
  1. Dengan Pengenceran Fase
  2. Dengan pengecatan / pemberian warna
  3. Dengan kertas saring
  4. Dengan konduktivitas listrik
  • Kestabilan Emulsi
Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air, dicampurkan, lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi yang disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah dalam fasa yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat akan terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat .
 
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :
1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya bila dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
2. Koalesen dan cracking (breaking) yaitu pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya irreversibel (tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena:
  •  Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan PH, penambahan CaO / CaCL2
  •  Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan dan pengadukan.
3. Inversi yaitu peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi W/O menjadi O/W atau sebaliknya dan sifatnya irreversible.

Selasa, 03 Mei 2011

suspensi

SUSPENSI ORAL

Suspensi dapt didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi secara halus(dikenal sebagai suspensisoid) disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum.

Ada beberapa alasan pembuatan suspensi oral. salah satu adalah karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutn tapi stabil dalam disuspensi. dalam hal seperti ini suspensi oral menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan cairan. untuk banyak pasien, benyuk cair lebih disukai ketimabang bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat yang sama), karena mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam pemberian dosis, pemberian lebih mudah serta lebih mudah untuk memberikan dosis yang relatif sangat besar, aman, mudah diberikan untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak. kerugian dari obat tertentu yang mempunyai rasa tidak enak bila diberikan sebagai partikel yang tidak larut dalam suspensi. nyatanya untuk obat-obat yang tidak enak rasanya telah dikembangkan bentuk-bentuk kimia khusus menjadi bentuk yang tidak larut dalam pemberian yang diinginkan sehingga didapatkan sediaan cair yang rasanya enak. dengan suspensi dapat menutupi rasa obat yng tidak enak dan pemilihan zat pemberi rasa dapat lebih disesuaikan dengan rasa yang diinginkan, bukan untuk menutupi rasa yang tidak enak dari suatu obat. kebanyakan suspensi oral berupa sediaan air dengan pembawa yang diharumkan dan dimaniskan untuk memenuhi selera pasien.

Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah :
1.Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya.
2.Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum ” STOKES”
V=d2 (p-po) g /n
Ket :
V = Kecepatan Aliran
d = Diameter Dari Partikel
p = Berat Jenis Dari Partikel
p0 = Berat Jenis Cairan
g = Gravitasi
ŋ = Viskositas Cairan
3.Jumlah Partikel / Konsentrasi
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4.Sifat / Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengruhi.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
1. Bahan pensuspensi dari alam.
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom / hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, dan proses fermentasi bakteri.
a. Termasuk golongan gom :
Contonya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth , Algin
b. Golongan bukan gom :
Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.
2. bahan pensuspensi sintesis
a. Derivat Selulosa
Contohnya : Metil selulosa, karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.
b.Golongan organk polimer
Contohnya : Carbaphol 934.

Dalam pembuatan suspensi, serbuk mula-mula dibasahi dulu oleh zat pembasah agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium dispersi. alkohol, gliserin dan cairan higroskopis lainyya digunakan sebagaizat pembasah bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase dispersi. kemudian bahan pensuspensi dicampur dengan air, sehingga terbentuk mucilago. Serbuk yang telah dibasahi dicampur dengan mucilago yang telah dibuat.

Contoh suspensi oral:
  1. Antasida : Suspensi oral Alumina dan Mangnesida (Aludrox Oral Suspension), Alumina dan Magnesium Trisilikat(Alma-Mag liquid), Magaldrat(Riopan oral suspension) , Aluminia Magnesia dan Kalsium karbonat(Camalox). Ini digunakan untuk bekerja melawan hiperasiditas gastrik dan mengurangi tekanan pada saluran cerna bagian atas.
  2. Antelmintik : Suspensi oral pirantel Pamoat (Antiminth oral 250 mg/5ml suspension), tiabendazol(Mintezol Oral 500 mg/5 ml). ini digunakan untuk membebaskan tubuh dari infeksi cacing .
  3. Antibakteri: Suspensi oral sulfametoksazol (Gantanol Suspension), Sulfisoksazol Asetil (Gantrisin Syrup 500 mg/5 ml dan gantrisin Pediatric Suspension). Obat ini digunakan untu pengobatan infeksi saluran urin dan dapat menghambta sintesis asam folat serta garm para amino benzoat dari bakteri.

laporan praktikum pulveres

PULVERES

PULVERES I. DEFINISI Pulveres atau Serbuk bagi adalah serbuk yang dibuat dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu per satu, sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit. Jika jumlah obat kurang dari 50 mg atau jumlah tidak dapat ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok.
II. CARA PENYIAPAN
1. Membersihkan alat dan meja, menyetarakan timbangan,
2. Baca resep dengan baik, periksa kelengkapan resep.
3. Analisa resep dengan seksama apakah ada hal-hal yang harus dilaporkan pada dokter mengenai bahan, kelengkapan ataupun sediaan. Apakah ada hal-hal khusus mengenai bahan obat, sediaan atau cara peracikan bahan yang dituangkan dalam KETERANGAN .
4. Menghitung pemakaian dibandingkan dengan Dosis Maksimal atau Dosis Lazim lalu disimpulkan jika perlu diberitahukan dokter.
5. Menghitung jumlah bahan yang dibutuhkan disesuaikan dengan bahan-bahan yang tersedia.
6. Menuliskan cara pembuatan resep sesuai dengan spesifikasi sediaan dan bahan.
7. Membuat etiket dengan signa yang benar dan ceklist kebenaran etiket.
8. Menuliskan khasiat masing-masing bahan obat.
9. Menyiapkan pelayanan informasi obat ( PIO ).

III. CARA PERACIKAN
1. Cara Pengambilan dan Pelipatan Kertas Perkamen:
a. Ambilah kertas perkamen yang bersih.
b. Hitunglah jumlah kertas perkamen sesuai dengan jumlah serbuk yang akan dibungkus/dibuat.
c. Lipatlah bagian atas dari kertas perkamen ± 1 cm.
d. Lipatlah bagian lain dari kertas perkamen hingga ujung bagian kertas perkamen tersebut tepat berada dibagian lain dalam lipatan pertama.
e. Buatlah bungkusan dengan cara melipat - lipat sehingga ujung kertas perkamen yang satu dapat masuk pada bagian ujung kertas lainnya.
f. Samakan besarnya bungkusan agar kelihatan rapih.
g. Usahakan besarnya bungkusan tidak memberikan kesan terlalu kecil atau terlalu besar.

2. Cara Membagi dan Membungkus Pulveres
a. Setelah serbuk menjadi halus, keluarkanlah serbuk tersebut dengan cara mengambil dengan menggunakan mika dari mortir, hingga seluruh serbuk keluar, dan mortir tampak bersih, tampunglah dengan kertas perkamen.
b. Bagilah serbuk keatas perkamen yang sudah tersusun rapi
c. Mulailah dari kertas perkamen yang berada pada posisi barisan atas dan paling kiri, dilanjutkan kearah kanan, menyusul pada baris berikutnya dimulai dari bagian kiri.
d. Perhatikan dengan cermat agar pembagian serbuk sama banyak.
e. Mulailah membungkus serbuk dari posisi paling bawah dan paling kanan.
f. Setelah semua serbuk terbungkus, susunlah bungkusan dengan rapi, sama tinggi dan menghadap arah yang sama.
g. Untuk pulveres berjumlah maksimal dua belas bungkus dapat dibagi sama rata menurut pandangan mata langsung.
h. Lebih dari dua puluh dikerjakan dengan dibagi dahulu dengan jalan penimbangan lalu dibagi sama rata.
i. Untuk bahan-bahan yang pemakaiannya lebih dari 80% dari dosis maksimalnya maka harus ditimbang satu persatu dengan cara ditimbang hasil serbuknya, tentukan berat rata-rata dikurangi 5-10 mg lalu timbang satu persatu, jika pada penimbangan sisa bagi sama rata.

3. Cara Menggunakan Mortir dan Stamper dalam Peracikan Pulveres
a. Mulut dari mortir senantiasa mengarah ke kiri.
b. Maksudnya agar ketika stamper dibersihkan stamper senantiasa tetap pada mulut mortir.
c. Bersihkan permukaan stamper dengan cara memutarnya, sementara mika tetap berada di kepala stamper.
d. Mortir diletakkan diatas meja praktik dialasi dengan lap pada waktu menggerus bahan obat.
e. Bila akan meletakkan stamper, letakkan selalu disebelah kanan dan dialasi dengan kertas, kepala stamper harus mengarah kepada kita.
f. Stamper dipegang seperti memegang pulpen.
g. Putarlah stamper berlawanan dengan arah jarum jam.
h. Gerakan tangan sebatas pergelangan, sambil setelah stamfer dibersihkan dengan menggunakan mika.
i. Bersihkan permukaan stamper dengan cara memutarnya, sementara mika tetap berada dikepala stamper.
j. Ulangi beberapa kali sampai serbuk halus.

4. Cara Mencampur Bahan – Bahan Obat Dalam Serbuk.
a. Lapisilah mortir dengan sedikit bahan tambahan terlebih dahulu.
b. Dimulai dari bahan yang jumlahnya sedikit.
c. Bahan-bahan obat yang berwarna diaduk diantara dua lapisan zat netral
d. Bahan obat yang kasar dihaluskan terlebih dahulu
e. Bahan obat yang berbobot/bermasa ringan dimasukkan terakhir, begitu juga dengan bahan obat yang mudah menguap.

5. Cara Menata Serbuk dalam Kemasan
a. Kemasan pot yang ada, maka serbuk ditata dalam posisi lipatan kertas menghadap kearah yang sama, dibuat rapi panjangnya kurang lebih sama dan tidak besar pada salah satu sisi kertas serbuk, etiket dan label yang tertempel diletakkan di dalam pot.
b. Jika tersedia plastik klip, maka penataan sedemikian sehingga teratur satu posisi dan dirapikan menyesuaikan plastik klip, etiket dan label berada diluar plastik disesuaikan dengan cetakan klip.
6. Gambar Cara Peracikan Pulveres

6. CONTOH RESEP PULVERES

a. Resep Pulveres dengan TRITURATIO
dr. Anugerah Sehat SIP No: 14/ KANDEP / IJIN / XII / 1988 Jl. Maluku I / 100 Semarang Telp: 024-6712345 Semarang, R/ Coffein Ergotamin Pulv no X S t dd I Pro: Karina Ny. KETERANGAN

1. Dilihat dulu resep tersebut, berarti harus buka resep standard terlebih dahulu yaitu dari Formularium Nasional ( Fornas ).
2. Coffeini Ergotamini Pulveres
- Ergotamin Tartras 1 mg - Coffein 100 mg 3. Karena ergotamin jumlahnya terlalu kecil dan tidak dapat ditimbang (karena penimbangan terkecil adalah 50 mg), maka dilakukan pengenceran = trituratio.
4. Trituratio Ergotamin Tartras: yaitu bahan obat dikalikan hingga bobot terkecil yang bisa ditimbang yaitu 50 mg. misalnya Trituratio Ergotamin tartras (1 = 5) berarti penimbangan akhirnya adalah 10 mg x 5 = 50 mg Pembuatannya adalah 50 mg Ergotamin Tartras ditambah laktosa ad 250mg ( dari 50 mg x 5 ) dan ditimbang = 50 mg sisanya dibungkus dan diberi tanda “ sisa trituratio Ergotamin Tartras dalam laktosa ( 1 = 5 ) ” dibungkus dalam kertas yang sudah diberi identitas terlebih dahulu, jika tidak maka kertas akan berlubang dan serbuknya tumpah keluar.
5. Boleh juga pengenceran 1 = 10 , langkahnya sama yaitu timbang Ergotamin Tartras 50 mg ditambahkan laktosa ad 500 mg. dan ditimbang = 100 mg.
6. Kerasionalan sediaan pulveres untuk pasien dewasa ditanyakan, tetapi jika dilihat dari dosis lazimnya dan khasiatnya maka resep ini memang untuk Nyonya, tetapi tetap perlu ditanyakan kerasionalan bentuk sediaannya ditanyakan apakah memang dikehendaki pulveres.
7. Untuk serbuk bagi ada ketentuan massa serbuknya yaitu untuk anak-anak 250 mg, dan dewasa antara 500 mg - 1 g jadi perhitungan massa atau bobot serbuk adalah:

PERHITUNGAN DOSIS

Untuk melihat dosis coffein dan ergotamin tartras dilihat di FI ed III, Perhitungan dosisnya yaitu dengan membandingkan DM, DL dengan pemakaian, yaitu:
DM Ergotamin Tartras DL Ergotamin Tartras Pemakaian 1x= 2 mg 1x= 1 mg 1x = 1 mg sesuai DL < DM Sh= 6 mg 1hr=2 mg-4 mg 1hr = 3 x 1 mg = 3 mg sesuai DL < DM DM Coffein DL Coffein Pemakaian 1x= 0,5 g 1x=100 mg-200 mg 1x = 100 mg sesuai Dl < DM Sh= 1,5 g 1hr=300 mg-600 mg 1hr= 3 x 100 mg = 300 mg sesuai Dl < DM JUMLAH BAHAN

Jadi bila perhitungan pemakain tidak melebihi DM, maka mulai dihitung jumlah obat yang ditimbang yaitu bahan obat dikalikan 10.
- Ergotamin Tartras 1 mg } x 10 = 10 mg - Coffein 100 mg } x 10 = 1000 mg = 1g Perhitungan massa/bobot serbuk untuk dewasa: 500 mg x 10 = 5000 mg Jumlah Ergotamin Tartras trituratio = 100 mg Jumlah Coffein : 100 mg x 10 = 1000 mg Jumlah laktosa yang ditambahkan = 3900 mg CARA PEMBUATAN

1. Setarakan timbangan gram dan milligram, dengan memberikan kertas perkamen diatas pinggan timbangan. Cara melihat keseimbangan dengan milihat jarum penunjuk datar air. Bila belum setimbang maka diatur baut ulir pada lengan neracanya.
2. Buat Trituratio, timbang Ergotamin Tartras 50 mg.
3. Timbang laktosa sesuai pengenceran yang dikehendaki ad 250 mg atau ad 500 mg.
4. Laktosa digerus terlebih dahulu, supaya pori-pori mortir sudah tertutup laktosa.
Jika Ergotamin Tartras digerus dahulu maka obat tersebut akan berkurang jumlahnya karena masuk ke pori-pori mortir.
5. Obat dalam jumlah kecil/sedikit dan berkhasiat keras, dicampur dgn serbuk yang jumlahnnya lebih banyak maka untuk mengetahui homogenitas antara serbuk sedikit dapat merata diserbuk banyak maka ditambahkan pewarna carminum.
6. Jika dibuka hasil triturationya warna merah muda tidak merata berarti cara mencampur serbuk kurang homogen. Carminum hanya sebagai indikator homogenitas maka tidak perlu jumlahnya terlalu banyak. Untuk membuat serbuk tercampur dengan sempurna / homogen maka kita tidak dapat melupakan prinsip menggerus obat dalam mortir yaitu selalu searah dan cara memegang stamper harus benar dibedakan antara pegang mortir untuk tujuan menggerus dan atau hanya mencampur.
7. Setelah serbuk homogen maka ditimbang hasil triturationya sesuai dengan perhitungan trituratio, dan sisanya dibungkus lalu diberi tanda.
8. Setelah selesai trituratio mortir dibersihkan dengan kapas alcohol untuk menghilangkan sisa-sisa obat berkhasiat keras yang ada di pori-pori mortir.
9. Timbang coffein 1 g, digerus sampai halus.
10. Timbang laktosa sisa massa, gerus sampai halus.
11. Campur secara lege artis dengan serbuk-serbuk yang telah halus mulai dari jumlah yang paling sedikit. Aduk sampai rata. Angkat serbuk dari mortir dengan mika letakkan dikertas.
12. Ambil 10 buah kertas perkamen dirapikan, dilipat ± 1 cm dari ujung atas kertas secara horizontal, dari lipatan tersebut dibuat acauan untuk menata kertas, dari 10 kertas dibagi menjadi 2 yaitu lima-lima.
13. Serbuk dibagi dengan kertas cara bagi perhatikan harus benar, cara mengurangi atau menambah harus benar, setelah secara penglihatan ± sama, maka kertas dilipat.
14. Cara melipat kertas harus diperhatikan, harus sama sisi-sisi lipatannya tidak ada satu sisi yang dibuat lebih kecil supaya mudah untuk dmasukkan kebagian/sisi yang lain.
15. Setelah dibungkus semua, serbuk dirapikan ditekan supaya menjadi tidak menggelembung ditata dengan satu sisi yang sama, ditata dimasukkan ke pot.
16. Diberi etiket putih, dengan signa